4.3.11

Love Like This (Part 1)

Assalamu'alaikum :)
Saya datang dengan sebuah FF yang judulnya Love Like This.
Keinginan saya pas nulis ini sih gak muluk2.
Semoga saya cepat-cepat LULUS dan ketemu yayang Taem.
hohoho XD


Cast:
Lee Hyu Rin as you
Lee Taemin as himself
Lee Taesun as Lee Taemin's brother
Shasa as Hyu Rin's Friend
Radit as Hyu Rin's Friend


Genre:
Sad(?) and Romance


Ok.. Lets Start :)


Setelah menengok sebentar jam dihapenya, Hyu Rin segera bangun dan mandi. Hari ini dia ada kuliah pagi.
“Sayang.. sarapan dulu.” Ujar ibu Hyu Rin melihat putri kesayangannya itu sudah rapi siap berangkat.
“Ayah mana? Udah berangkat?” tanya Hyu Rin sambil mengoleskan selai coklat di atas rotinya.
“Iya, pagi-pagi sekali ayah udah berangkat. Katanya ada meeting sama kliennya.” Jawab ibu Hyu Rin sambil mengelus lembut kepala putrinya itu.
“Oh ya Ibu, hari ini aku pulang agak telat ya? Soalnya hari ini aku ada kuliah sampe sore. Terus malamnya aku ada pemotretan.” Jelas Hyu Rin mulai menyantap rotinya.
“Iya sayang. Tapi kamu ingat, jangan sampai terlalu kecapean. Kamu kan tahu sendiri kondisi kamu seperti apa.” Ujar ibunya menasihati. Ada perasaan cemas yang berkecamuk dalam hatinya. Ia takut kalau-kalau penyakit putrinya akan semakin menjadi karena kesibukannya yang berlebihan. Sudah seminggu ini memang Hyu Rin sering pulang larut malam.
“Iya ibu. Aku tahu kok aku harus bagaimana. Jadi ibu jangan terlalu cemas.” ujar Hyu Rin tersenyum berusaha menenangkan sang ibu. “Bu, aku pamit dulu ya. Setengah jam lagi kelas di mulai. Assalamualaikum.” Hyu Rin langsung meraih tangan ibunya dan segera pergi.
“Sayang!” seru ibunya seketika.
Hyu Rin segera berbalik. “Ya bu, kenapa?”
“Kamu bawa kan?” tanya ibunya sambil memperagakan gerakan yang sangat dihapal Hyu Rin.
“Iya bu. aku bawa kok obatnya. Tenang aja.” Balas Hyu Rin sambil melempar senyumnya dan mulai berjalan lagi. ibunya pun kembali tenang.
Sesampainya di kampus, ia langsung menuju ke kelasnya.
Hyu Rin memang gadis yang sangat baik, pintar, cantik dan anggun. Siapa juga yang tidak mengenalnya? Dia adalah foto model yang paling terkenal seantero Indonesia. semua orang tahu dengan dirinya. Hampir setiap hari, semua majalah, tabloid bahkan TV selalu menampilkan wajahnya.
“Hyu Rin!” seru seseorang yang dikenalnya. Ia pun berbalik dan tersenyum pada orang itu.
“Darimana?”
“Dari rumah. Oh ya kak, ada kuliah pagi juga? Tumben pagi begini udah di kampus.” Balas Hyu Rin ramah.
“Ah iya. Oh ya, gimana pemotretan kamu kemarin? Lancar?” tanya orang yang belakangan diketahui adalah Radit, cowok yang diam-diam menyukai Hyu Rin.
“Alhamdulillah lancar kak. Oh ya, aku duluan ya kak. Hampir telat nih.” Balas Hyu Rin sesopan mungkin. Lalu kemudian pergi meninggalkan radit menuju kelasnya.
Baru masuk kelas, hape Hyu Rin tiba-tiba berdering. Ternyata SMS dari Radit. Dia minta Hyu Rin menemuinya di kantin saat makan siang nanti.
Menerima SMS itu, Hyu Rin hanya tersenyum. Mengingat kedekatannya dengan Radit akhir-akhir ini, Hyu Rin sudah mulai memahami perasaan Radit terhadap dirinya. Dia mulai mengerti kalau Radit menyukainya.
Tapi sayang, bayangan sepuluh tahun yang lalu selalu datang.

--Flashback--
“Mianhaeyo oppa. Mianhaeyo...” Ujar Hyu Rin terisak-isak sambil memandang sosok bocah laki-laki yang hanya berbeda dua tahun di atasnya itu.
“Apa kamu benar-benar harus pergi dari sini, Hyu Rin~ssi? Aku mohon. Tinggallah di sini denganku.” Balas bocah itu sambil memeluk gadis kecil itu dengan sekuat tenaganya, seolah tidak ingin melepasnya lagi.
“Mianhaeyo oppa. Aku tidak bisa.” Balas gadis kecil itu terus menangis tanpa ingin berhenti.
“Anniyo. Kau tidak boleh pergi dari sini! Kau bisa tinggal di sini bersama appa dan ammaku. Bersama keluargaku.” Balas bocah itu masih memeluk gadis kecil cantik itu.
“Sayang. Ayo kita berangkat sekarang. Pesawatnya sebentar lagi berangkat.” Ujar ibu Hyu Rin berusaha melepaskan pelukan Hyu Rin dan bocah di depannya.
“Uljima oppa. aku pasti akan kembali ke sini suatu hari nanti.” Hyu Rin berusaha tersenyum memandang bocah itu. namun matanya tidak bisa menyembunyikan dia akan benar-benar sangat kehilangan sosok itu.
“Taemin. jaga diri baik-baik ya sayang. Ahjumma dan Hyu Rin pasti akan kembali ke sini secepatnya.” Kata ibu Hyu Rin sambil mengecup kening bocah kecil itu.
“Ahjumma! Apa Hyu Rin tidak bisa tinggal di sini saja bersamaku?” tanya Taemin sambil terisak-isak.
“Maaf sayang. Tante dan Hyu Rin harus segera ke Indonesia untuk tinggal bersama dengan ayah Hyu Rin yang sudah duluan ke sana. Kamu ingat ya, jaga diri baik-baik. Jangan sering berantem lagi sama kakak kamu, Taesun.” Jawab ibu Hyu Rin bijak.
“Oppa, Kalau kau rindu padaku, kau lihat saja gelang ini.” Ujar Hyu Rin sambil melepaskan sebuah gelang yang terbuat dari karang yang dibelinya bersama Taemin saat pesta perpisahan di Pantai, kemudian memasangkannya di tangan Taemin.
“Hyu Rin~ssi, semoga kalung ini juga akan mengingatkan kamu padaku.” balas Taemin yang mengeluarkan sebuah liontin dari dalam sakunya. Di dalam liontin itu, ada fotonya bersama dengan Hyu Rin.
“Gomawo oppa. aku pasti akan kembali ke sini secepatnya untuk bertemu denganmu.” Balas Hyu Rin tersenyum. Ia kemudian berbisik di telinga Taemin. “Oppa. saranghaeyo.”
Ibu Hyu Rin segera menarik tangan putri kecilnya itu. mobil pun berlalu. Hyu Rin hanya bisa menengok ke luar jendela sambil terus melambaikan tangannya pada Taemin yang berusaha mengejar mobilnya. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis. Ia tidak ingin Taemin semakin sedih melihatnya menangis.
--Flashback end---

“Hoy! Kok melamun? Mikirin Radit ya?” ujar Shasa sambil membolak-balikkan tangannya di hadapan Hyu Rin.
“Ah kamu ngagetin aja deh. By the way, mana pak botak? Kok belum muncul-muncul?” tanya Hyu Rin sadar dosennya belum datang padahal jamnya sudah lewat setengah jam.
“Kamu belum tahu ya kalau pak botak sakit. Katanya tadi pagi dia kena serangan jantung.” Jelas Shasa.
“APA? SERANGAN JANTUNG?” Hyu Rin kaget setengah mati.
“Iya. Paling juga bentar lagi koid. Tinggal tunggu kabarnya aja.” Balas Shasa tidak peduli.
“Ah! Kamu gak boleh ngomong seperti itu Sha. Biar bagaimanapun juga, pak botak itu udah baik banget sama kita. Sebagai mahasiswanya, kita seharusnya sekarang berdoa buat kesembuhannya.” Kata Hyu Rin bijaksana.
“Iya iya bawel. Ya udah, kita berdoa sekarang. Berdoa di mulai!” ujar Shasa bercanda.
“Ah! Gak gitu juga kali.”
“Emm Rin. kayanya ada yang nyari tuh.” Kata Shasa sambil mengangkat sebelah alisnya mentap ke pintu kelas.
“Siapa?” Hyu Rin segera berbalik mencari tahu.
Orang itu tersenyum sambil melambaikan tangannya ke Hyu Rin yang tengah memandanginya.
“Aku gak ganggu kan?” tanya radit yang sekarang sudah berada dihadapan Hyu Rin dan Shasa.
“Emm, aku pergi dulu yah. Sampai ketemu lagi. bubye...” ujar Shasa sambil mengedipkan matanya ke arah Hyu Rin. Hyu Rin mencoba menahannya, tapi sia-sia. Shasa berlalu terlalu cepat.
“Rin, kamu gak ada kelas lagi kan?” tanya Radit senang.
“Ya gitu deh.”
“Kalau gitu, kamu mau gak kalo kita jalan? udah lama kita gak jalan berdua.” Usul Radit.
Hyu Rin sebenarnya ingin menolak. Ia tidak ingin Radit semakin menaruh hati padanya karena kebaikanya yang disalah artikan. “Tapi kak, bukannya kakak ada kuliah pagi juga?”
“Ah iya. Biarin deh. Yang penting aku bisa jalan sama kamu. Kamu mau ya? Ya?” pinta radit memelas. Bagaimana pun juga, melihat sikap Radit yang seperti itu, hati Hyu Rin luluh.
“Ya udah deh kak. Tapi kita jangan jauh-jauh ya? Soalnya jam 12 aku ada kelas lagi.” ujar Hyu Rin lembut namun tegas.
“Oke cantik. Ayo berangkat.” Dengan cepatnya Radit langsung menyambar tangan Hyu Rin dan menggandenganya dengan mesra. Siapapun yang melihat mereka berdua, pasti akan berpikiran kalau ada hubungan special diantara mereka.
Beberapa saat kemudian, tibalah mereka di sebuah taman. Mereka berdua memang sering menghabiskan waktu di taman itu. Entah hanya sekedar ngobrol atau sambil membantu Hyu Rin mengerjakan tugas kuliahnya. Maklum saja, tempat itu memang sepi dan jauh dari kejaran wartawan.
“Em Rin, kamu mau makan es krim gak?” tanya Radit yang tidak sengaja melihat ada penjual es krim di dekat tempat mereka duduk.
“Boleh deh. Tapi jangan yang strawberry ya? Aku gak suka soalnya.” Balas Hyu Rin tersenyum.
Hyu Rin yang ditinggal sendirian mulai menerawang lagi. Dia sebenarnya sudah sangat rindu dengan Taemin yang sekarang entah bagaimana kabarnya. Makanya, selama ini dia berusaha untuk beraktifitas sebanyak mungkin supaya rasa rindunya dengan Taemin bisa dikurangi. Namun di saat dia sedang duduk sendirian seperti ini, perasaan rindunya itu selalu muncul dan semakin lama semakin besar.
Hyu Rin menggenggam erat liontin yang sekarang terpasang di lehernya seolah bisa merasakan pemiliknya berada di dekatnya.
“Rin. ngapain?” tanya Radit yang heran melihat sikap Hyu Rin.
“Ah gak kok.” Hyu Rin segera melepaskan tangannya dengan cepat dari liontinnya. Ia tidak ingin seorang pun tahu dengan rahasian besarnya itu.
“Oh ya, ini es krimnya.” Radit yang duduk di samping Hyu Rin segera memberikan es krim coklat yang ada di tangannya pada Hyu Rin. Hyu Rin pun menerimanya dengan penuh senyuman.
“Rin, kok akhir-akhir ini kamu jarang SMS aku? kamu sibuk banget ya?” tanya Radit sambil mencomot es krim miliknya.
“Maaf ya kak. Aku memang sibuk banget akhir-akhir ini.” Jawab Hyu Rin tanpa memandang Radit.
“Rin, kamu gak capek apa pemotretan terus tiap hari?”
“Kakak, pekerjaan mana sih yang gak bikin capek?” balas Hyu Rin tertawa kecil.
“Aku tahu Rin. tapi aku kuatir sama kamu. Aku kuatir sama kesehatan kamu. Aku takut kamu kenapa napa.” Ujar radit mulai serius.
“Kakak ini udah kaya ibu aja deh. Sedikit-sedikit khawatir sama aku.” balas Hyu Rin masih tertawa. “Kakak denger ya, aku udah gede. Aku bisa kok jaga diri aku baik-baik.” Tambahnya.
“Yah... Aku kan sayang banget sama kamu Rin, makanya aku khawatir takut kenapa-napa kamunya karena kelebihan kerja.” Ujar Radit benar-benar khawatir melihat Hyu Rin yang tidak henti-hentinya melakukan pemotretan sana-sini.
“Makasih kak. Makasiiiiiiiiih banget. Kakak sudah sayang sama aku. Tapi kak.. mungkin lebih baik kalau perasaan kakak itu.. emm.. dibuang jauh-jauh aja deh..” ujar Hyu Rin sambil menggigit bibirnya. Ia tahu kalau kata-katanya itu pasti akan membuat radit kecewa. Apalagi mengingat semua kebaikan yang sudah dilakukan radit padanya akhir-akhir ini.
Radit menatap serius pada Hyu Rin. meskipun belum menyatakan perasaannya, dia sudah mendapat penolakan dari Hyu Rin.
“Kamu kok ngomongnya seperti itu Rin? kamu marah ya sama aku?” tanya radit melepaskan es krimnya dan mulai memegang kedua tangan Hyu Rin.
“Maaf kak. Tapi aku... aku.. aku gak bisa. Aku tahu kak Radit sayang sama aku. dan kakak tahu kalau aku juga sayang sama kakak. Tapi kak, aku sayang sama kak Radit itu sudah seperti sayang aku buat kakakku sendiri. Maaf kak. Maaf banget.” Ujar Hyu Rin membiarkan Radit menggenggam erat tangannya.
Radit menarik napas panjang. Jantungnya hampir saja copot karena menerima penolakan dari Hyu Rin. namun meskipun begitu, perasaan sayangnya untuk Hyu Rin tidak akan berubah karena dia memang mencintai Hyu Rin tulus, bukan karena ingin sesuatu.
“Ya udah deh Rin. gak apa-apa kok kalau kamu gak bisa nganggap aku lebih dari kakak kamu. Tapi aku mohon, biarin aku tetap sayang sama kamu.” Kata Radit menahan sekuat tenaga agar airmatanya tidak jatuh.
“Tentu saja kak.” Balas Hyu Rin tersenyum. Radit mengelus lembut kepala gadis itu seolah ingin menumpahkan semua perasaan sayangnya pada Hyu Rin.
---
“Sha, lagi apa sih?” tanya Hyu Rin yang heran melihat sahabatnya itu senyum-senyum sendirian sambil baca majalah.
“Ini loh Rin, aku lagi baca tentang boyband dari Korea gitu. eh iya, kamu kan orang korea? Pasti kamu tahu banyak dong tentang mereka.” balas Shasa antusias.
“Aku memang orang Korea, tapi aku udah sepuluh tahun di Indonesia, mana aku tahulah orang-orang kaya mereka. tapi coba sini aku lihat.. Penasaran juga, udah lama gak dengar berita soal negaraku.” Ujar Hyu Rin sambil mengambil majalah yang covernya adalah dirinya.
“Rin, cowok korea tuh ganteng-ganteng banget ya? Aku jadi suka tuh sama SUPER JUNIOR. Abisnya ada si Kyuhyun yang gantengnya naudzubillah.” Kata Shasa semangat. sementara Hyu Rin kaget bukan main dengan apa yang dilihatnya berada di genggamannya sekarang.
“Rin.. kamu gak apa-apa kan?” tanya Shasa khawatir melihat sahabatnya itu terpatung sambil menatap salah satu halaman di majalah itu. “Riiin, kamu jangan bikin aku panik deh.” Kata Shasa mulai khawatir kalau-kalau penyakit sahabatnya itu kembali datang.
“Sha, ini...ini.. kan..” ujar Hyu Rin terbata-bata. Matanya mulai berkaca-kaca.
“Apaan? Coba sini aku lihat.” Shasa menarik paksa majalah itu dari tangan Hyu Rin. ternyata halaman yang dibuka Hyu Rin itu adalah profil dari member SHINee.
“Oh.. aku pikir apaan. Ini sih cuma SHINee. Kemarin sih pernah ke Indonesia. masa kamu gak tahu? Kan beritanya sampe muncul di TV.” Jelas Shasa.
“Apa? Ke Indonesia? kapan?” Hyu Rin mulai perhatian.
“Aku juga lupa sih tepatnya tanggal berapa. Tapi yang pasti mereka pernah ke sini. Emangnya kenapa sih?” tanya Shasa heran melihat sahabatnya tertarik dengan hal-hal tidak penting seperti itu.
Hyu Rin menarik majalah dari tangah Shasa. “Sha, kamu lihat orang ini. Aku kenal dia.” kata Hyu Rin sambil menunjuk wajah salah satu personel SHINee, Lee Taemin.
“Apa? Kenal? Hahhaa... jangan bercanda deh Rin.” kata Shasa tertawa tidak percaya.
“Aku serius Sha. Aku kenal sama dia.” Balas Hyu Rin tidak tertawa sedikitpun.
Shasa mengentikan tawanya. “Kamu serius? Kamu kenal sama dia?” tanya Shasa lagi memastikan.
“Sumpah Sha. Aku kenal banget sama dia. dia ini Taemin, sahabat kecil aku. kalau kamu gak percaya, kamu lihat ini.” Hyu Rin membuka liontin yang tergantung di lehernya dan memperlihatkan foto yang ada di dalamnya.
“Ini kamu sama dia?” tanya Shasa masih tidak percaya.
Hyu Rin hanya mengangguk. Sementara Shasa terdiam. Namun tidak lama kemudian, ia tersenyum. “Huwwaaa, Hyu Rin. aku beruntung banget bisa punya sahabat kayak kamu. Kalo kamu kenal dia, berarti aku bisa dong ketemu sama Kyuhyun.” Ujar Shasa kegirangan. “Tahu gak, aku udah lama banget ngebet ketemu dia. akhirnya sekarang... semua doaku terkabulkan.”
“TUNGGU!” seru Hyu Rin tiba-tiba.
Pikiran Hyu Rin tiba-tiba kembali melambung tinggi. Memang benar sekarang dia sudah menemukan sahabat kecilnya yang ia tinggalkan dulu. Tapi sekarang dia adalah artis terkenal. Mana mungkin dia masih mengingat semua kenangannya dengan Hyu Rin dulu. Lagipula, meskipun Hyu Rin sudah mengetahui kabarnya, apa mereka masih bisa bersama seperti dulu?
“Kenapa Rin?”
“A..a..ku.. da..da...da..daku..” Hyu Rin mencengkram erat dadanya seolah dapat menahan rasa sakit yang luar biasa yang tengah melandanya kini. Pandangannya kabur, ia tidak sadarkan diri.
Kilauan lampu ruangan yang serba putih itu kini sangat menyilaukan matanya yang tengah berusaha terbuka. Perlahan ia mulai bisa melihat dengan normal. Seseorang tengah tertidur di sampingnya. Radit.
Cukup lama Hyu Rin memandangi radit yang tengah tertidur disampingnya. Dalam hatinya, ia bersyukur sekali kepada Tuhan karena sudah diberikan orang sebaik radit.
“Kak..” ujar Hyu Rin berusaha membangunkan radit.
“Eh, kamu udah sadar Rin. syukurlah. Kalau begitu, aku panggil dokter dulu.” Kata Radit beranjak pergi.
“Tunggu kak.” Hyu Rin menarik tangan Radit.
“Kenapa?”
Hyu Rin tersenyum. “Makasih kak. Makasih.” Ujar Hyu Rin kemudian.
Radit hanya tersenyum sambil mengangguk kemudian pergi memanggil dokter untuk mengecek kesehatan Hyu Rin. beberapa saat kemudian, radit pun datang bersama seorang dokter dan dua orang suster. Mereka kemudian mulai memeriksa keadaan Hyu Rin. sang perawat dengan teliti mulai mencatat semua hal yang dibisikkan dokter padanya.
“Dok.. gimana kesehatanku?” tanya Hyu Rin.
“Kamu baik-baik aja kok.” Jawab sang dokter tersenyum. “Kamu hanya terlalu kaget aja.” Tambahnya.
“Ah syukurlah kalau begitu dok.” Balas Hyu Rin tersenyum.
Hyu Rin memang adalah gadis yang nyaris sempurna. Cantik, pintar dan terkenal. Hanya satu hal yang tidak bisa membuat kesempurnaannya itu terwujud. Apa itu? penyakit yang tengah dideritanya sekarang. Sejak berusia 10 tahun, Hyu Rin menderita heart failure atau gagal jantung. Jantungnya sangat lemah.
“Sayang..” ibu Hyu Rin langsung datang dan memeluk putri tunggalnya itu dengan linanangan airmata.
“Bu.. gak usah nangis. Kalau ibu nangis, aku jadi sedih nih.” Ujar Hyu Rin sambil berusaha membasuh linangan airmata ibunya dengan jari-jari tangannya.
“Sayang.. gimana keadaan kamu sekarang?” tanya ibunya memastikan.
Hyu Rin menggeleng sambil tersenyum. “Ibu gak usah khawatir. Aku akan selalu baik-baik aja.” Ujarnya menenangkan sang ibu. Namun sebenarnya, ia tengah merasakan sakit dibagian dadanya.
“Ibu bisa ikut kami sebentar?” ujar sang dokter.
“Baiklah pak.” Ibu Hyu Rin segera mengikuti dokter ke ruangannya.
“Begini buk. Jantung Hyu Rin semakin lama semakin memburuk. Kita butuh donor jantung secepatnya. Kalau tidak...” sang dokter memalingkan pandangannya dari mata ibu Hyu Rin.
“Kenapa dok? Kenapa kalau tidak?” ibu Hyu Rin sangat memaksa.
“Kita harus siap menerima keadaan yang terburuk.” Jawab sang dokter.
Tanpa harus bertanya lagi, ibu Hyu Rin sudah tahu apa yang dimaksudkan dokter dengan keadaan yang terburuk. Kematian. Hal itulah yang paling ditakutkan ibu Hyu Rin selama ini. Ia takut sekali akan kehilangan putri satu-satunya itu. ia terlalu sangat menyayanginya.
“Dok.. dimana kita bisa mendapatkan donor jantung untuk Hyu Rin?” tanya sang ibu menangis.
“Maaf bu. untuk sekarang belum ada donor jantung untuk anak ibu. Dan kalaupun ada, belum tentu cocok.” jelas sang dokter.
“Pak.. ka..ka..kalau pakai jantung saya bagaimana?” tanya ibu Hyu Rin lagi. bibirnya bergetar.
“Ibu kan tahu sendiri, kita sudah pernah memeriksa jantung ibu dan suami ibu. Tapi hasilnya tidak cocok dengan anak ibu. Kita butuh donor jantung yang tepat bu.” jelas sang dokter lagi.
Airmata ibu Hyu Rin terus mengalir seakan tidak mau berhenti lagi. “Kalau begitu, masih berapa lama lagi umur Hyu Rin dok?”
“Menurut perkiraan medis, usia anak ibu tinggal dua bulan lagi.” jawab sang dokter berusaha tenang.
“Apa dok? Dua bulan?”
“Tapi kalau kita bisa menemukan donor jantung yang cocok dengan secepatnya, mungkin semuanya akan berubah bu.” jelas sang dokter.
Secercah cahaya menyinari hati sang ibu. Ia yakin akan menemukan pendonor jantung yang tepat untuk Hyu Rin.
---
“Ibu.. Ayah.. aku bosan banget nih di rumah sakit. Kita pulang yuk.” Ajak Hyu Rin yang sudah mulai tidak betah di rumah sakit. Maklum saja, sudah seminggu ia tinggal di ruangan putihnya itu.
“Gak bisa sayang. Kamu harus tetap di sini.” Jawab sang ibu sambil menyuapkan bubur ke mulut putri kesayangannya itu.
“Tapi bu.. aku bosan banget nih. Daritadi di TV beritanya tentang aku semua. Udah gitu, wartawannya pada lebay banget lagi. masa di bilang aku umurnya tinggal dua bulan lagi. ngasal banget tuh wartawan.” Ujar Hyu Rin manja. Ia memang tidak pernah tahu menahu atas penyakit yang tengah dideritanya sekarang. Lebih tepatnya, ia tidak mengetahui nama penyakitnya. Ia hanya tahu kalau dia sakit. Sang ibu juga tidak pernah memberitahukannya.
Ayah dan ibu Hyu Rin berpandangan. Mereka tahu berita itu benar. Tapi mereka tidak mungkin membiarkan putrinya itu tahu. Mereka takut Hyu Rin akan semakin sakit kalau tahu tentang keadannya yang sebenarnya.
“Iya sayang. Beritanya gak usah terlalu didengerin. Mereka pasti cuma mau naikin rating beritanya aja. Makanya bikin gossip yang gak bener.” Jawab ibu Hyu Rin seadanya.
Ayah dan ibu Hyu Rin lalu keluar ruangan kamar Hyu Rin untuk membicarakan sesuatu.
“Pak, gimana kalau kita kembali saja ke Korea? Siapa tahu di sana ada donor jantung yang cocok untuk Hyu Rin.” kata ibu Hyu Rin menahan airmata.
“Iya bu. bapak juga tengah memikirkan hal itu. tapi bapak belum bisa pastikan apa bapak bisa kembali ke sana atau tidak. Bagaimana kalau ibu dan Hyu Rin saja yang kembali ke sana duluan. Biar bapak terus memantau keadaan Hyu Rin lewat telepon.” Kata bapak Hyu Rin bijaksana.
“Iya pak. Kalau begitu, tolong uruskan keberangkatan kita berdua secepatnya ya.” Kata ibu Hyu Rin dan kemudian kembali ke kamar putrinya. Sedangkan ayahnya segera pergi untuk mengurus tiket kepulangan mereka ke Korea.
“Loh bu.. ayah mana?” tanya Hyu Rin yang berusaha mencari keberadaan ayahnya.
“Ayah lagi beli tiket.” Jawab ibunya seadanya.
“Tiket? Emang ayah mau kemana?” tanya Hyu Rin tidak tahu apa-apa.
“Bukan ayah sayang. Tapi tiket untuk kita berdua.” Jawab ibunya tersenyum.
“Loh? Memangnya kita mau kemana?” tanya Hyu Rin lagi.
“Kita...kita.. kita kembali ke Korea sayang. Secepatnya.” Jawab ibu Hyu Rin lagi.
Perlahan senyum mulai mengembang di bibir Hyu Rin. ia sangat senang sekali mendengar berita yang baru saja disampiakan ibunya. Itu seperti keinginan yang selama ini mustahil, tiba-tiba terwujud. Ia memang sudah lama sekal iingin kembali ke Korea, entah untuk berlibur atau sekedar menemui Taemin, tapi sang ibu tidak pernah mengizinkan karena takut penyakit anaknya tiba-tiba kambuh karena terlalu senang bertemu sahabat kecilnya itu.
“Bu... da..da..ku..” ujar Hyu Rin yang dadanya tiba-tiba terasa sakit sekali.
“Ini minum dulu.” Ujar ibu Hyu Rin sambil meminumkan segelas air pada putrinya itu. “Itu kan.. jangan terlalu senang sayang. Nanti dada kamu sakit lagi.” tambah ibunya khawatir.
“Bu.. sekarang ibu jujur deh sama Hyu Rin. sebenarnya aku tuh sakit apa? Kenapa aku gak boleh kaget? Kenapa bu?” paksa Hyu Rin yang dadanya perlahan kembali normal.
“Kita jangan bahas ini lagi ya sayang. Lebih baik sekarang kamu istirahat supaya kamu cepat pulih dan kita bisa kembali ke Korea secepatnya.” Ujar ibu Hyu Rin mengalihkan pembicaraan.
Hyu Rin sebenarya sudah sangat penasaran ingin mengetahui yang sebenarnya. Tapi ia tidak mungkin memaksa ibunya yang tidak pernah mau menceritakan semua padanya.

0 comments:

Posting Komentar

 

Got My Cursor @ 123Cursors.com